Ribuan unggas yang mati di Kabupaten Garut di antaranya disebabkan
oleh keterlambatan pelaporan dari para peternak pada Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan, Kabupaten Garut.
Kasi Kesehatan Hewan pada Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan,
Kabupaten Garut, drh Dyah Savitri, mengatakan keterlambatan pelaporan
ini terjadi pada kasus kematian massal unggas di Kecamatan Selaawi,
Sukawening, Samarang, dan Banyuresmi, beberapa waktu lalu.
“Kematian unggas dalam jumlah banyak dan serentak di Selaawi serta
Sukawening baru dilaporkan Januari ini. Padahal, kematiannya berawal
sejak November 2012. Jadi, penyakitnya sudah menyebar luas dan ratusan
yang mati,” kata Dyah di Kantor Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan, Kabupaten Garut, Kamis (17/1).
Menurut Dyah, hal serupa terjadi pada kasus di Samarang yang baru
melapor 15 hari setelah wabah dimulai. Lebih parah, laporan mengenai
kematian unggas di Banyuresmi baru diterima dinasnya awal 2013 padahal
awal kejadiannya pada permulaan 2012.
Para peternak, ucapnya, seharusnya langsung melaporkan unggas yang
mati mendadak atau mati serentak dalam jumlah banyak langsung pada UPTD
Peternakan di setiap kecamatan. Dengan demikian, dinasnya bisa langsung
terjun ke lapangan dan langsung melakukan isolasi unggas yang mati.
Dengan penanggulangan lebih awal, ucapnya, penyebaran penyakit dapat
dicegah lebih mudah. Selain itu, penularan penyakit kepada manusia pun
bisa dicegah.
“Mungkin para peternak berpikir kalau mereka bisa menanggulanginya
sendiri dengan memberikan obat atau suplemen. Maklum saja karena mereka
sudah puluhan tahun beternak unggas. Tapi, sekarang sudah beda. Banyak
penyakit baru masuk ke Garut dan didukung dengan perubahan cuaca,” kata
Dyah.
Selain 1.308 unggas yang mati di Kecamatan Samarang, 400 unggas mati
di Kecamatan Selaawi dan 150 unggas mati di Kecamatan Sukawening.
Kebanyakan, kata Dyah, disebabkan infeksi sekunder bakteri. Tidak
satupun yang terdeteksi mengidap virus H5N1 atau virus flu burung.
Ia mengatakan, para peternak di Kabupaten Garut sangat mudah menerima
unggas-unggas dari berbagai daerah lain untuk diternakkan di Garut.
Karenanya, penularan penyakit dari daerah lain pun tidak dapat
dihindari.
Penularan penyakit ini, katanya, dipermudah dengan sanitasi dan
manajemen peternakan yang dilakukan para peternak. Selayaknya, semua
unggas dikandangkan sehingga pasokan dan kualitas makanannya terjamin.
“Vaksin hanya diberikan pada unggas yang dikandangkan dan sehat.
Kalau sudah sakit seperti ini, vaksin tidak akan berguna. Ya intinya
memang manajemen peternakannya harus diperbaiki,” kata Dyah
Sumber : Tribun News
Para pengurus Blog FALAH MULYANA Tidak selalu Online untuk memantau Komentar yang Masuk, Jadi tolong berikan Komentar Anda dengan Pantas dan Layak dikonsumsi oleh Publik. No SARA, SPAM dan Sejenisnya.